Minggu, 09 Desember 2007

BOLA TANGAN

SEJARAH

Bolatangan dapat ditelusuri kebenaran sejarahnya. Seorang sejarawan mengatakan, bahawa ia memainkan olahraga bola tangan jauh lebih awal dari sepakbola. Pada masa Yunani Kuno permainan ini disebut “Urania”. Sekitar tahun 130 sampai 200 masehi, orang-orang Romawi menamakannya “Harpaston”.

BOLATANGAN MODERN

Bolatangan yang lebih modern pretama kali dimainkanpada abad 19. Bolatangan pada masa itu sering dimainkan di Denmark, Jerman, dan Swedia. Namun seorang pakar pendidikan jasmani Jerman, memisahkan bolatangan lapangan pada pergantian abad yang berdasar pada dua bentuk permainan “Raffball” (bola tangkap) Dan “Konigsbergerball”.

Tahun 1910 di Swedia, G. Wallstrom memperkenalkan bolatangan di Swedia. Tahun 1919, seorang guru olahraga di Berlin, Karl Scelenz memperkenalkan bentuk permainan bolatangan outdoor di beberapa Negara Eropa. Kemudian ia mengembangkan peraturan bolatangan dan sekarang dikenal sebagai salah satu pendiri bolatangan lapangan.

Pada tahun 1926 dalam sebuah pertemuan di kota Hague, Kongres Federasi Atletik Amatir Internasional mengusulkan agar kepada peserta kongres agar menyusun peraturan internasional dari bolatangan.

PERATURAN BOLATANGAN

JUMLAH PEMAIN DAN LUAS LAPANGAN

Dalam satu tim terdapat 12 pemain, tetapi hanya 7 pemain yang berada di lapangan termasuk kiper/ penjaga gawang, sisanya adalah pemain cadangan. Para pemain bergantian posisi antara menyerang dan bertahan.

Attacking positions Defending positions

LW - left wing OD - outside defender

LB - left back HD - half defender

CB - centre back (playmaker) FD - forward defender

RB - right back GK - goal keeper

RW - right wing

PV - pivot

Gk - goal keeper

Bolatangan dimainkan di atas lapangan dengan panjang 40 m dan lebar 20 m. Waktu yang digunakan adalah 2x30 menit.












OFFICIALS

Terdapat 4 official: 1 pencatat waktu, 1 pencatat skor dan 2 wasit. Satu wasit berada di luar garis gol dan memperhatikan apakah setiap terjadinya gol ada pelanggaran atau tidak dan benar atau salah jika bola telah dimainkan untuk proses terjadinya gol. Wasit lainnya berada di belakang tim yang menyerang, memperhatikan setiap pelanggara pertahanan atau pelanggaran penyerangan yang dilakukan oleh setiap pemain di lapangan atau setiap pelanggaran menyeluruh. Pencatat waktu mengawasi waktu dan mencatat waktu ketiak seorang pemain masuk lapangan sesudah penghentian waktu atau diskualifikasi. Penjaga skor menjaga papan skor statistik pertandingan. Penjaga skor dan penjaga waktu juga menyampaikan ke wasit jika terjadi pergantian yang tidak sah.

Passing Bawah Bola Voli

Passing bawah merupakan teknik dasar bola voli. Teknik ini digunakan untuk menerima servis, menerima spike, memukul bola setinggi pinggang ke bawah dan memukul bola yang memantul dari net. Passing bawah merupakan awal dari sebuah penyerangan dalam bola voli. Keberhasilan penyerangan tergantung dari baik buruknya passing bawah. Apabila bola yang dioperkan jelek, maka pengumpan akan mengalami kesulitan untuk menempatkan bola yang baik untuk para penyerang.

Berikut tahap-tahap dalam melaksanakan passing bawah, yaitu:

  1. PERSIAPAN
    • Bergerak kea rah bola dan atur posisi tubuh
    • Genggam jari tangan
    • Kedua tungkai merenggang santai, bahu terbuka lebar
    • Tekuk lutut, tahan tubuh dalam posisi rendah
    • Bentuk landasan dengan lengan
    • Ibu jari sejajar, siku terkunci
    • Lengan sejajar paha, punggung lurus
    • Pandangan ke arah bola
  2. PELAKSANAAN
    • Terima bola di depan badan
    • Kaki sedikit diulurkan, lengan jangan diayunkan
    • Alihkan berat badan ke depan
    • Pukul bola jauh dari badan, gerakkan landasan ke sasaran
    • Pinggul bergerak ke depan
    • Perhatikan saat bola menyentuh lengan
  3. GERAKAN LANJUTAN
    • Jari tangan tetap digenggam, siku tetap terkunci
    • Landasan mengikuti bola ke sasaran
    • Lengan sejajar di bawah bahu
    • Pindahkan berat badan ke arah sasaran
    • Perhatikan bola bergerak ke sasaran

Beberapa kesalahan yang sering terjadi saat melakukan passing bawah dalam bolavoli antara lain:

· Ketika menerima bola lengan terlalu tinggi, kemudian lanjutan lengan berada di atas bahu

· Tubuh terlalu rendah karena pinggang ditekuk sehingga operan terlalu rendah dan kencang. Seharusnya yang ditekuk adalah lutut.

· Lengan terpisah sesaat, sebelum, pada saat, atau sesaat sesudah menerima bola.

· Bola mendarat di lengan daerah siku.

Kebosanan dan kejenuhan atlet

Kebosanan dan kejenuhan (burnout) menurut Bunker, L. K. (1985) adalah keadaan yang tidak menentu dan dipenuhi oleh rasa jenuh yang menuntut atau membuang banyak energi dan kekuatan.

Menurut Maslach, C (1978) kejenuhan yaitu hilangnya perhatian terhadap orang lain,kehilangan perasaan positif, simpati serta respek, ditandai oleh munculnya cirri-ciri kejenuhan emosi.

Kejenuhan dan kebosanan merupakan keadaan jiwa yang mengganggu manusia dalam berbagai tingkat Kejenuhan dan kebosanan dapat menghambat suatu prestasi seseorang. Dalam dunia olahraga prestasi, kebosanan menjadi sangat penting untuk mendapat perhatian mengingat bahwa hal tersebut akan dapat mempengaruhi prestasi yang akan diraih seorang atlet. Kebosanan bisa terjadi bukan saja pada atlet yang selalu mendapat porsi latihan tetapi juga terjadi pada seorang pelatih.

Penyebab kebosanan dan kejenuhan
Beberapa alasan mengapa bisa terjadi kejenuhan dan kebosanan dapat dibagi dalam beberapa penyebab, yaitu:
  1. kurangnya / berkurangnya motivasi
  2. bersarangnya penyakit hati
  3. komunikasi antar individu
  4. keletihan
Gejala kebosanan dan kejenuhan
Gejala kebosanan dan kejenuhan terbagi menjadi dua, yaitu gejala fisik dan gejala perilaku. Tanda-tanda gejala fisik dan gejala perilaku tersebut antara lain:

Gejala Fisik
  1. kelelahan luar biasa
  2. sakit kepala dan gangguan pencernaan
  3. berat badan turun
  4. susah tidur
  5. depresi
  6. sesak napas
Gejala perilaku
  1. suasana hati / emosi yang berubah-ubah
  2. mudah tersinggung
  3. berkurangnya perhatian terhadap orang lain
  4. menurunnya toleransi terhadap frustasi
  5. rasa curiga terhadap orang lain
  6. rasa tidak berdaya dan kehilangan pengendalian diri
Pada atlet, reaksi terhadap kejenuhan dan kebosanan terbagi dalam 2 kelompok yaitu gangguan kefaalan dan gangguan psikologis.

Gangguan kefaalan
  1. berat badan turun
  2. kekuatan turun
  3. cepat lelah
  4. denyut nadi meningkat
  5. otot-otot melemas
  6. gangguan pencernaan
  7. gangguan tidur
Gangguan psikologis
  1. minat latihan menurun
  2. motivasi menurun
  3. perubahan sikap
  4. bosan dan gelisah
Cara mengatasi kebosanan dan kejenuhan yang dialami atlet
Untuk mengatasi atlet yang mengalami kejenuhan emosional dapat dilakukan beberapa hal, antara lain:
  1. melakukan pendekatan pribadi. Pendekatan ini merupakan sebuah konsultasi psikologis untuk memahami dan memberi kesempatan kepada atlet untuk mengungkapkan apa yang ia pikirkan dan ia rasakan, termasuk uraian mengenai sebab-sebabnya.
  2. bersama-sama atlet menentukan jadwal latihan dan pertandingan serta melakukan olahrag yang bersifat rekreatif.
Untuk mengatasi kondisi kebosanan dan kejenuhan atlet upaya-upaya yang dilakukan antara lain :
  1. memberi variasi program latihan
  2. menghentikan program latihan untuk sementara
  3. mengubah suasana tempat latihan
  4. mengubah pola latihan
  5. melakukan variasai dalam kehidupan sehari-hari
  6. mengembangkan keterampilan psikologis seperti relaksasi, latihan yoga, penentuan sasaran dan sugesti diri secara positif.

Sumber:
Andrew Ho. (2006). Mengatasi Kejenuhan dan Kebosanan Kerja. Pembelajar.com
Gunarsa, S.D. (2004). Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: BPK Gunung Mulia


Kamis, 06 Desember 2007

PERNAFASAN BUATAN MOUTH TO MOUTH

a. Telentangkan korban dan dorong kepala ke belakangsehingga dagu tegak.










b. Dorong dagu korban sehingga mulut korban terbuka sedikit.








c. Bersihkan mulut dari kotoran yang menghalangi.

d. Mulut penolong dibuka lebar dan diletakkan ke mulut korban, bersamaan dengan itu hidung korban dipencet rapat-rapat.







e. Bila mulut korban cidera atau terkunci, penolong meletakkan mulutnya di hidung korban sementara mulut korban tetap tertutup rapat.

f. Hembuskan udara kuat-kuat ke dalam saluran nafas korban.

g. Angkat mulut penolong untuk memberi jalan bagi arus udara yang keluar dari mulut korban dan ulangi beberapa kali.









Untuk dewasa:

· Frekuensi hembusan 12x dalam 1 menit

· Hembusan kuat

Untuk Anak-anak:

· Frekuensi hembusan 20x dalam 1 menit.

· Hembusan pendek-pendek, tiap hembusan dilakukan secara cepat 2 kali.









©2000–2006 President & Fellows of Harvard College